Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

OCD – Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

OCD-doktersehat

DokterSehat.Com – Apa itu OCD? OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki perilaku yang bersifat kompulsif dan memiliki pikiran obsesif. Penyakit OCD adalah penyakit yang menyebabkan penderitanya mengalami rasa cemas, takut, gelisah dan sering melakukan hal yang sama berulang kali. Perilaku ini akan membuat seseorang terus melakukan keinginannya hingga terpenuhi.

Penyebab OCD

Sebelum menjelaskan mengenai penyakit OCD atau Obsessive Compulsive Disorder, perlu diketahu bahwa penderita OCD biasanya sering mengulang kata-katanya dan ketika menceritakan suatu kejadian atau peristiwa dia akan menceritakan secara urut dari awal sampai akhir. Jika dia merasa salah dalam berkata, maka dia akan menceritakannya mulai dari awal lagi, jika tidak pasti raut mukanya terlihat cemas.

Lantas, apa penyebab OCD sebenarnya? Hingga kini penyebab pasti dari OCD belum ditemukan dengan pasti, namun pengaruh lingkungan dan faktor keturunan diduga berperan sebagai pemicu OCD.

Risiko Anda mengalami OCD akan meningkat apabila di dalam keluarga ada yang mengidap OCD. Gen tertentu diduga memengaruhi perkembangan otak sehingga meningkatkan faktor risiko OCD. Namun jenis gen yang berpengaruh tersebut masih diperlukan penelitian lanjutan.

Selain itu, kejadian yang menyebabkan seseorang mengalami trauma juga bisa menyebabkan munculnya OCD terutama pada mereka yang telah memiliki risiko OCD (dari keturunan). Sementara itu, meski tidak menimbulkan OCD, stres bisa memperparah gejala OCD.

Kondisi lain yang mungkin bisa meningkatkan risiko seseorang mengalamai OCD adalah mereka yang perfeksionis, disiplin tinggi, dan sangat teliti.

Gejala OCD

Pada dasarnya OCD adalah suatu pikiran cemas yang dimiliki seseorang, dan dalam pikirannya terdapat obsesi yang sangat besar. Oleh karenanya, guna menyalurkan obsesinya, penderita akan melakukan pekerjaan secara kompulsif (berulang-ulang) untuk mengurangi kecemasannya. Kondisi ini terjadi karena penderita sulit mengontrol keinginan sehingga melakukan sebuah tindakan diluar kewajaran.

Gejala OCD yang muncul pada tiap penderita berbeda-beda. Ada yang ringan di mana penderita menghabiskan sekitar satu jam bergelut dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsifnya, tapi ada juga yang parah mengalami gangguan ini hingga sulit mengendalikan hidupnya.

Penderita OCD umumnya terpuruk dalam pola pikiran dan perilaku tertentu. Ada empat tahap utama dalam kondisi OCD yaitu obsesi, kecemasan, kompulsi, dan kemudian kelegaan sementara.

Obsesi muncul saat pikiran penderita terus dikuasai oleh rasa ketakutan atau kecemasan. Kemudian obsesi dan rasa kecemasan akan memancing aksi kompulsi di mana penderita akan melakukan sesuatu agar rasa cemas dan tertekan berkurang.

Perilaku kompulsif tersebut akan membuat penderita merasa lega untuk sementara, tapi obsesi serta kecemasan akan kembali dan membuat penderita mengulangi pola tersebut.

Berikut adalah contoh gejala OCD lainnya yang bisa Anda kenali, di antaranya:

1. Melakukan kegiatan yang sama berulang kali

OCD adalah penyakit yang membuat seseorang selalu memeriksa sesuatu secara berulang kali. Penderita OCD akan melakukan pengecekan berulang kali kepada barang yang berbahaya atau hal-hal lainnya. Contohnya seperti mengecek pintu rumah atau kompor berkali-kali.

2. Mengatur semuanya secara berurutan

Gejala OCD ini membuat seseorang mengatur semuanya secara berurutan, sejajar dan rapi. Contohnya, Anda tidak senang apabila barang yang telah Anda rapikan diubah posisinya. Kondisi ini membuat Anda untuk menghasilkan pikiran yang berulang.

3. Kegemaran mengumpulkan barang bekas

Kelainan ini membuat Anda tertarik untuk mengumpulkan barang bekas yang Anda temukan. Penderita OCD berpikiran bahwa barang bekas tersebut berguna ke depannya. Apakah rumah Anda dipenuhi oleh barang-barang bekas?

4. Munculnya pikiran negatif

Mereka yang mengalami OCD sering kali memunculkan pikiran-pikiran yang tidak diinginkan seperti sikap agresif. Contohnya, seseorang bisa mendadak ingin mengumpat tanpa alasan yang jelas.

Pada akhirnya, meski sifat perfeksionis mungkin bisa dikaitkan dengan gejala OCD, namun tidak semua sifat perfeksionis disamakan dengan gangguan OCD. OCD bukan hanya sekadar kecemasan yang berlebihan. Apabila kompulsi dan obesesi mulai menghambat rutinitas, segera periksakan kondisi pada dokter atau psikolog.

Diagnosis OCD

Sering kali penderita OCD tidak melakukan pemeriksaan diri ke dokter karena merasa malu atas apa yang dialaminya. Padahal, gangguan ini merupakan penyakit jangka panjang seperti halnya penyakit tidak menular lainnya.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis kelainan ini, di antaranya:

  • Melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain. Diagnosis OCD umumnya dilakukan berdasarkan acuan DSM-5 (diagnostic and statistical manual of mental disorder).
  • Melakukan evaluasi psikologis. Pada umumnya, dokter akan menanyakan tentang pola perilaku, gejala dan perasaan yang muncul. Bahkan, orang-orang terdekat Anda mungkin akan diwawancarai juga.

Pengobatan OCD

Jika salah satu gejala OCD seperti yang dijelaskan sebelumnya pernah atau sedang Anda alami, bukan berarti Anda memiliki OCD. Namun, jika perilaku dan pikiran obsesif berada di luar kendali dan mengganggu rutinias, segera ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.

Tingkat pengobatan OCD bergantung kepada sejauh apa dampak OCD yang Anda alami dalam kehidupan. Terdapat beberapa langkah dalam penanganan OCD, yaitu:

  • Terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini dapat membantu Anda untuk mengurangi kecemasan dengan mengubah cara pikir dan perilaku Anda.
  • Penggunaan obat-obatan untuk mengendalikan gejala yang Anda alami.

Mencari bantuan medis adalah hal terpenting bagi penderita OCD karena penderita memiliki kemungkinan untuk sembuh atau setidaknya untuk menikmati hidup dengan mengurangi gejala OCD.

Jika tidak ditangani, perasaan tertekan dapat bertambah parah dan membuat penderita makin sulit untuk menghadapi OCD sehingga berisiko mengalami depresi. Tingkat depresi yang parah bahkan dapat memicu dorongan untuk bunuh diri pada penderitanya.

Nah, itulah penjelasan penyakit OCD. Mulai sekarang, ayo jaga kesehatan mentalmu, Teman Sehat!



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.