Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hipotermia, Penyebab Tiga Pendaki Gunung Tampomas Meninggal

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

mendaki_gunung_hutan_doktersehat_1
Mendaki gunung (Photo Source: Flickr/ Michael Swan)

DokterSehat.Com– Tiga pendaki Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang masih berusia remaja, Ferdi Firmansyah, Lucky Parikesit, dan Agip Trisakti ditemukan tewas oleh pendaki lainnya di dalam tenda di kawasan Pos 4. Korban yang merupakan warga Indramayu, Jawa Barat ini diduga sudah mendaki sejak Sabtu, 2 Maret 2019 dan meninggal karena mengalami hipotermia.

Pakaian korban basah

Saat ditemukan, kondisi pakaian ketiga korban basah. Suhu udara di Gunung Tampomas juga sedang cukup dingin dan angin bertiup cukup kencang di malam hari. Hal inilah yang diduga membuat ketiganya mengalami hipotermia hingga kehilangan nyawa.

Hasil pemeriksaan di RSUD Sumedang juga menunjukkan bahwa tidak ada luka pada tubuh ketiganya. Hal ini memperkuat dugaan bahwa mereka semua meninggal karena hipotermia. Selain itu, diperkirakan mereka telah meninggal lebih dari sepuluh jam sebelum ditemukan karena kondisi mayatnya yang sudah kaku.

Mengenal lebih dalam hipotermia

Pakar kesehatan menyebut kondisi hipotermia terjadi saat suhu tubuh lebih rendah dari 35 derajat Celcius. Padahal, suhu normal manusia adalah sekitar 37 derajat Celcius. Penurunan suhu tubuh ini akan mempengaruhi sistem saraf dan organ-organ tubuh dengan signifikan sehingga bisa menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan kematian.

Hipotermia yang ringan bisa terjadi jika suhu tubuh menurun hingga 32 atau 35 derajat Celcius. Kehujanan, pakaian yang basah, berada di ruangan yang terlalu dingin, atau berada di kawasan dengan suhu rendah seperti di atas gunung bisa menjadi penyebabnya. Gejala dari hipotermia ringan bisa dikenali dengan kulit yang semakin pucat akibat menurunnya aliran darah ke kulit. Tubuh juga terasa semakin sulit untuk digerakkan.

Tubuh juga cenderung akan semakin menggigil demi menjaga suhu internalnya dan mengatasi sensasi kedinginan. Selain itu, akan muncul gejala lain seperti mual-mual, tubuh yang lelah, sulit berbicara, sulit berkonsentrasi, dan sensasi tidak nyaman.

Kita bisa mengatasi kondisi ini dengan mengganti pakaian menjadi yang kering dan lebih hangat, memakai selimut, menyalakan pengatur suhu ruangan agar lebih hangat, atau mendekat ke sumber panas seperti tungku atau perapian.

Sementara itu, hipotermia yang berat terjadi jika suhu udara sudah menurun hingga lebih rendah dari 28 derajat Celcius. Di kondisi ini, tubuh sudah tidak lagi menggigil demi menghemat energi. Hanya saja, hal ini akan berimbas pada munculnya kondisi disorientasi atau kebingungan, hilangnya kesadaran, tubuh yang kelelahan, atau semakin melambatnya pernapasan. Jika tidak segera ditolong, penderitanya bisa meninggal dunia.

Mencegah hipotermia saat mendaki gunung

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh badan pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) menghasilkan fakta bahwa 1.301 kematian pendaki gunung per tahun pada rentang waktu 1999 hingga 2011 disebabkan oleh hipotermia. Hal ini berarti, setiap pendaki gunung memang harus benar-benar mempersiapkan diri demi mencegah kondisi ini menyerang.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan demi mencegah hipotermia saat naik gunung.

  • Membawa jas hujan saat mendaki, apalagi jika kita mendaki di musim hujan.
  • Selalu persiapkan pakaian kering, hangat, dan tebal. Bawalah jaket berjenis wind-breaker yang bisa membantu tubuh melawan paparan angin yang bisa menurunkan suhu tubuh.
  • Jangan lupa membawa sarung tangan, kaus kaki, syal, dan penutup kepala.
  • Konsumsi makanan atau minuman hangat saat beristirahat demi menghangatkan tubuh.
  • Banyak-banyak bergerak jika mulai merasa kedinginan demi menjaga suhu tubuh.
  • Buat api unggun saat malam hari yang bisa membantu menghangatkan tubuh sekaligus mengusir binatang buas.


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.